tembok disana memancang angkuh
mengisolasi ruang diri dalam sunyi
terkungkung dibatas ketakutan
langkah pertama, memandangi tembok
kedua, mengumpulkan keyakinan
menghadapi keraguan, adalah ketiga
kemudian, melompat!
Horey! Lompatan kemenangan!
didapati diri tanpa batas, sanggup menantang dunia
February 28, 2008
February 27, 2008
February 25, 2008
Pelajaran Hati
Seragam putih merah, putih biru, putih abu
Masuk pukul tujuh hingga lonceng membawamu kembali
Berjejal tugas masih menanti di bilik
Satuan kredit semester terus mengejar
Bertemu pengajar berkaus putih celana jeans biru
Memuncak saat toga membalut tubuh
Ternyata…
Belajar sekian tahun tak membuatmu pandai
Membaca hatiku
Hari Baru
Langit biru menggelora diri,
ditangan maestro mentari menari oranye
Meresapi hari dalam buaian warna,
tersenyum aku memicingkan mata
Langit baru terbentang luas
ditangan maestro mentari menari oranye
Meresapi hari dalam buaian warna,
tersenyum aku memicingkan mata
Langit baru terbentang luas
Percakapan Minggu
Kembali aku berbincang, bukan untuk kembali
Menegas posisi hati, dimana aku berdiri
Kemarin adalah berlalu, tak butuh kusesali
Pun tak rindu terulangi
Entah yang kau tangkap dari peduliku
Jelas aku tak berminat menunggumu
Maafku, kasihku, dukunganku, terpatri tulus
Bagi mu sahabat tak lebih
Menegas posisi hati, dimana aku berdiri
Kemarin adalah berlalu, tak butuh kusesali
Pun tak rindu terulangi
Entah yang kau tangkap dari peduliku
Jelas aku tak berminat menunggumu
Maafku, kasihku, dukunganku, terpatri tulus
Bagi mu sahabat tak lebih
February 23, 2008
Sudahlah
pergilah dari hariku
kau tak bisa bayangi langkahku
tak kan sanggup tahan lajuku
buat apa kau setia mengusik
menelusupi jeda diskusi solusi
melintas seolah pariwara media
pergilah dari hidupku
kecuali kau punya alasan
untuk berdiang di masa ku
kau tak bisa bayangi langkahku
tak kan sanggup tahan lajuku
buat apa kau setia mengusik
menelusupi jeda diskusi solusi
melintas seolah pariwara media
pergilah dari hidupku
kecuali kau punya alasan
untuk berdiang di masa ku
February 22, 2008
Telepon
:Efan Tanmas
kembali kau bersuara
terdengar cakap dari tepi pulau
berceloteh ringan
berdehem berulang
tertawa riuh
pelipur di akhir malam
kembali kau bersuara
terdengar cakap dari tepi pulau
berceloteh ringan
berdehem berulang
tertawa riuh
pelipur di akhir malam
Pahlawan Generasi
: GA crew
membawa bendera cinta kau menapak
bergerilya di sudut persimpangan
tak jarang dingin menyurutkan semangat
ketika tindakan tak lagi berarti
kau berlutut menangis, mengharap
esok akan melahirkan kemenangan
perisai pasti tergenggam
senjata selalu dipertajam
kekuatan terus diperbesar
para pahlawan tak lagi menyerah
hanya untuk sebuah derita
mantap melaju di tengah perang
setiap langkah menuju gemilang
kemenangan telah terengkuh
membawa bendera cinta kau menapak
bergerilya di sudut persimpangan
tak jarang dingin menyurutkan semangat
ketika tindakan tak lagi berarti
kau berlutut menangis, mengharap
esok akan melahirkan kemenangan
perisai pasti tergenggam
senjata selalu dipertajam
kekuatan terus diperbesar
para pahlawan tak lagi menyerah
hanya untuk sebuah derita
mantap melaju di tengah perang
setiap langkah menuju gemilang
kemenangan telah terengkuh
Jembatan Pelangi
Mengapa harus beranjak untuk berpaling kembali
Keping hati terlalu mahal untuk setumpuk lara
Ku rindu berkelana meninggalkan seluruh
jejak yang menetes di pelupuk hari
Meniti merah hijau pelangi di ujung hujan
merinai makna disela cahaya
Mengapa harus beranjak untuk berpaling kembali
Ingin kuhapus sepenggal cerita hati
Bolehkah ku beralih ke sisi mentari
Melabuh hati di aura hangat jiwa
Keping hati terlalu mahal untuk setumpuk lara
Ku rindu berkelana meninggalkan seluruh
jejak yang menetes di pelupuk hari
Meniti merah hijau pelangi di ujung hujan
merinai makna disela cahaya
Mengapa harus beranjak untuk berpaling kembali
Ingin kuhapus sepenggal cerita hati
Bolehkah ku beralih ke sisi mentari
Melabuh hati di aura hangat jiwa
February 21, 2008
Kemana Kata
Kemana perginya tiupan angin
menghilang diantara gemerisik
daun bambu. Bersama kata-kataku
Aku mencari disetiap jeda, masih tanpa
kata, entah bersembunyi dimana
sepertinya aku merindukanmu
berkejaran di rongga kepalaku
menghilang diantara gemerisik
daun bambu. Bersama kata-kataku
Aku mencari disetiap jeda, masih tanpa
kata, entah bersembunyi dimana
sepertinya aku merindukanmu
berkejaran di rongga kepalaku
Sepanjang Hari
Kamis,
Aku terbangun dari mimpi yang tak tercatat
di diary tidur yang terlelap
Masih terlalu pagi untuk memulai hari
Kamis pagi,
Senyummu mewarnai ruang tidur putih biruku
menyapu segala canggung menghadap hari baru
Terlantun kata “kuberi yang kau butuhkan”
Kamis ini,
Pasti melintas indah tanpa butuh disinggahi cemas
Mantap kata menjelma nyata bersama
belahan hati selalu serta
Aku terbangun dari mimpi yang tak tercatat
di diary tidur yang terlelap
Masih terlalu pagi untuk memulai hari
Kamis pagi,
Senyummu mewarnai ruang tidur putih biruku
menyapu segala canggung menghadap hari baru
Terlantun kata “kuberi yang kau butuhkan”
Kamis ini,
Pasti melintas indah tanpa butuh disinggahi cemas
Mantap kata menjelma nyata bersama
belahan hati selalu serta
February 19, 2008
Cinta Surga
: Betania Eden
bagaimana bisa cinta
membuatmu tak beranjak
tetap berpijak
diterjang seribu topan
aku ingin sepertimu
cinta yang tak meminta
bagaimana bisa cinta
membuatmu tak beranjak
tetap berpijak
diterjang seribu topan
aku ingin sepertimu
cinta yang tak meminta
Anak Panah dan Pahlawan
pahlawan, busur telah kau genggam
kau lawan segala angkara yang sedang murka
bersarang pada kata juga percaya
setia berdiri menunggu
melintasi kawah hitam hutan biru kau mencari
aku. sebatang kayu untuk kau raut
terasah tajam nan indah bagai permata
siap ditembakkan tepat menancap
menghentikan detak sang lawan
tak sekalipun kau buangku dari tabung panahmu
ditangan sang pahlawan alam
kitalah penakluk segala lawan
-------
Seperti anak panah di tangan pahlawan,
demikianlah anak-anak pada masa muda
kau lawan segala angkara yang sedang murka
bersarang pada kata juga percaya
setia berdiri menunggu
melintasi kawah hitam hutan biru kau mencari
aku. sebatang kayu untuk kau raut
terasah tajam nan indah bagai permata
siap ditembakkan tepat menancap
menghentikan detak sang lawan
tak sekalipun kau buangku dari tabung panahmu
ditangan sang pahlawan alam
kitalah penakluk segala lawan
-------
Seperti anak panah di tangan pahlawan,
demikianlah anak-anak pada masa muda
February 16, 2008
Alergi
Bertatap denganmu membuatku jengah
Sinar matamu menusuk pori-pori
Mengalirkan tetesan peluh sekujur tubuh
Kau tahu?
Kujelang dua malam nyaris tanpa tidur
Merasakan ulahmu yang menyakitkan
Setiap jengkal tubuhku terasa ngilu
Ditelusuri gatal menganggu
Berkoloni menebar noktah-noktah merah
Ringan dokter memvonisku
: alergi sinar matahari
Sinar matamu menusuk pori-pori
Mengalirkan tetesan peluh sekujur tubuh
Kau tahu?
Kujelang dua malam nyaris tanpa tidur
Merasakan ulahmu yang menyakitkan
Setiap jengkal tubuhku terasa ngilu
Ditelusuri gatal menganggu
Berkoloni menebar noktah-noktah merah
Ringan dokter memvonisku
: alergi sinar matahari
February 14, 2008
Cokelat
cokelat tak lagi pekat
semarak bersama warna
merah, putih, biru
pink adalah coklat hari ini
berbentuk hati berhias pita
terukir sebuah kata
‘Love’ untukku
semarak bersama warna
merah, putih, biru
pink adalah coklat hari ini
berbentuk hati berhias pita
terukir sebuah kata
‘Love’ untukku
Mengejar Mimpi
Ribuan jam mengejar mimpi
Mengisi hari dengan berlari
Membagi visi di setiap perbincangan
Janji temu terus dibuat
Selalu ada yang harus diingat
Rutinitas tak juga boleh terlupa
Lalu...
Langit menjatuhkan gerimis pagi
Membawa sekelebat awan kelabu
Tak ketinggalan dingin yang menyengat
Membuatku lupa semua arti penat
Mengisi hari dengan berlari
Membagi visi di setiap perbincangan
Janji temu terus dibuat
Selalu ada yang harus diingat
Rutinitas tak juga boleh terlupa
Lalu...
Langit menjatuhkan gerimis pagi
Membawa sekelebat awan kelabu
Tak ketinggalan dingin yang menyengat
Membuatku lupa semua arti penat
Rejuvenation
Bersama perbincangan akrab dengan sahabat terbaik
Menakar rasa dan menuang sesendok pengertian
Menikmati seduhan rasa yang teracik di kedai kehidupan
Secangkir hidangan hangat di dinginnya gerimis kota tengah malam
Menakar rasa dan menuang sesendok pengertian
Menikmati seduhan rasa yang teracik di kedai kehidupan
Secangkir hidangan hangat di dinginnya gerimis kota tengah malam
February 10, 2008
Pria Berwajah Lurus
: Filipus Jonathan
pria berwajah lurus
menekur dalam pada setiap ucap
entah merenung entah menimbang
sering aku heran bukan buatan
bersebelah dengan pria tanpa jawaban
terkadang mendongkrak darah sampai ubun-ubun
sebiasa manusia biasa, ia pikir dirinya
tak sadar segudang cahaya terpendam dalam diri
tergodakah kau untuk menggali? Ayolah!
ringan dan berani, kau butuh menyelam
kedalaman: metamorfosa
berlarilah bila perlu, kejar destiny mu
biarkan sesosok kepala menjelma gemerlap di dirimu
-------
Akhirnya ku lukis sajak untuk sahabat menahun
Sesuai pesananmu di malam tahun baru lunar
Berikut nota terima kasih atas persahabatan
pria berwajah lurus
menekur dalam pada setiap ucap
entah merenung entah menimbang
sering aku heran bukan buatan
bersebelah dengan pria tanpa jawaban
terkadang mendongkrak darah sampai ubun-ubun
sebiasa manusia biasa, ia pikir dirinya
tak sadar segudang cahaya terpendam dalam diri
tergodakah kau untuk menggali? Ayolah!
ringan dan berani, kau butuh menyelam
kedalaman: metamorfosa
berlarilah bila perlu, kejar destiny mu
biarkan sesosok kepala menjelma gemerlap di dirimu
-------
Akhirnya ku lukis sajak untuk sahabat menahun
Sesuai pesananmu di malam tahun baru lunar
Berikut nota terima kasih atas persahabatan
Ajari Aku Melukis
Sebab aku ini penulis
Bukan sekedar pembaca budiman
Kuukir hidup bersama mata pena:
Integritas
Tapi aku ingin melukis
Menikmati sensasi berlaksa warna
Menghembus nafas pada kosakata
Pula bermetafora dibalik estetika
Ajari aku melukis kata
Gemulai meliukkan makna
Terpajang pada dinding galeri hati
Bukan sekedar pembaca budiman
Kuukir hidup bersama mata pena:
Integritas
Tapi aku ingin melukis
Menikmati sensasi berlaksa warna
Menghembus nafas pada kosakata
Pula bermetafora dibalik estetika
Ajari aku melukis kata
Gemulai meliukkan makna
Terpajang pada dinding galeri hati
February 9, 2008
Penari Surga
melabuhkan hati pada langgam nada
menjawab kerinduan di lubuk ruang
menari langkah berlari
melayangkan raga ke udara
mengangkat lengan menembus surga
menjawab kerinduan di lubuk ruang
menari langkah berlari
melayangkan raga ke udara
mengangkat lengan menembus surga
Sepenggal Kisah: Prajurit Bulan
: Yulius Lukmana
Belum lama sang bulan bergegas
Gigih berjuang seumpama prajurit
Melawan kelam kombinasi keraguan
Masih tersamar ketakutan di cahyanya
Bukan soal, asal bulan bertekad berpendar
Aku tersalut memandang bulan berjuang
Untuk bersinar
Sayangnya sang bulan tertunduk pilu
Padahal malam baru saja tiba
Begitu kusut laksana prajurit kalah,
Tepat ketika perang baru berkobar
Malam akan terus singgah di bimasakti
Semoga kau tak menciut di angkasa
Tak kan serupa dengan pengecut
Pantanglah menyerah prajurit!
Bersama Sang Panglima Alam
Menangkan perangmu di jagad raya!
Belum lama sang bulan bergegas
Gigih berjuang seumpama prajurit
Melawan kelam kombinasi keraguan
Masih tersamar ketakutan di cahyanya
Bukan soal, asal bulan bertekad berpendar
Aku tersalut memandang bulan berjuang
Untuk bersinar
Sayangnya sang bulan tertunduk pilu
Padahal malam baru saja tiba
Begitu kusut laksana prajurit kalah,
Tepat ketika perang baru berkobar
Malam akan terus singgah di bimasakti
Semoga kau tak menciut di angkasa
Tak kan serupa dengan pengecut
Pantanglah menyerah prajurit!
Bersama Sang Panglima Alam
Menangkan perangmu di jagad raya!
Biru Rindu
sontak jantung gelisah dalam dada
gegap gempita mendadak sunyi
menyeruak tak terperi
kemana perginya warna
malah gulana mengisi jiwa
genderang di tabuh mengusir
kelabu, kusambut dingin biru
rindu
gegap gempita mendadak sunyi
menyeruak tak terperi
kemana perginya warna
malah gulana mengisi jiwa
genderang di tabuh mengusir
kelabu, kusambut dingin biru
rindu
February 7, 2008
Dengarlah
Aku harus menghadang waktu
bukan terseok-seok
mengiringi derap detiknya
Teguh aku berlutut,
sendengkan daun telinga
acuhkan sang waktu
Akhirnya ku resapi
hidup dan kehidupan
memanen buah pendengaran
bukan terseok-seok
mengiringi derap detiknya
Teguh aku berlutut,
sendengkan daun telinga
acuhkan sang waktu
Akhirnya ku resapi
hidup dan kehidupan
memanen buah pendengaran
February 6, 2008
Sepasti Impian
Matahari begitu hangat tanpa sengat
Menyelimuti setiap helaian rerumputan
Diselanya langkah-langkah kecil berlari
Menari-nari riang tak peduli galau
Sang guru menuntun kaki-kaki kecil mereka
Membaca dunia dalam permainan seru
Menendang setiap jengkal kebodohan
Mengundang pewahyuan hikmat
Wajah-wajah mungil akan mengukir dunia
Menorehkan semangat hidup
Memancarkan spektrum sejuta warna
Memateraikannya diatas cinta
Kawan, ini tak kan hanya mimpi
Terlalu nyata hanya untuk menjadi mimpi
Aku tahu
pasti: Ini sekolah!
Kehidupan adalah ruang belajarnya
Cinta adalah kurikulumnya
Keyakinan adalah gurunya
Menyelimuti setiap helaian rerumputan
Diselanya langkah-langkah kecil berlari
Menari-nari riang tak peduli galau
Sang guru menuntun kaki-kaki kecil mereka
Membaca dunia dalam permainan seru
Menendang setiap jengkal kebodohan
Mengundang pewahyuan hikmat
Wajah-wajah mungil akan mengukir dunia
Menorehkan semangat hidup
Memancarkan spektrum sejuta warna
Memateraikannya diatas cinta
Kawan, ini tak kan hanya mimpi
Terlalu nyata hanya untuk menjadi mimpi
Aku tahu
pasti: Ini sekolah!
Kehidupan adalah ruang belajarnya
Cinta adalah kurikulumnya
Keyakinan adalah gurunya
Liliput Berbadan Raksasa
“Aku tak mau beranjak”
Anak besar itu menjerit geram
Perubahan terlalu absurd buat si kerdil
Raganya tak lagi mungil
Tapi jiwanya tak kunjung tumbuh
Pantaskah ia disebut dewasa?
Anak besar itu menjerit geram
Perubahan terlalu absurd buat si kerdil
Raganya tak lagi mungil
Tapi jiwanya tak kunjung tumbuh
Pantaskah ia disebut dewasa?
Cassiopeia
: Dede Nirwana
Anak kecil meluruh dewasa
Berlari-lari melintasi waktu
Memikul luka, membaca kehidupan
dalam cerita yang salah
Kami terus disini,
Mencairkan embun di pelupuk mata
Menekuk lutut, menghancurkan hati
dalam sekeranjang cinta
Layaknya pahlawan pantang mundur
Pesona cintaNya pantang pudar
Kamipun lantang bersepakat denganNya
Kami menangis untukmu
Kami tertawa
untukmu dan hari depanmu
Kamulah Cassiopeia
Memancar benderang dekat polaris
Di suatu tempat di belahan bumi
Anak kecil meluruh dewasa
Berlari-lari melintasi waktu
Memikul luka, membaca kehidupan
dalam cerita yang salah
Kami terus disini,
Mencairkan embun di pelupuk mata
Menekuk lutut, menghancurkan hati
dalam sekeranjang cinta
Layaknya pahlawan pantang mundur
Pesona cintaNya pantang pudar
Kamipun lantang bersepakat denganNya
Kami menangis untukmu
Kami tertawa
untukmu dan hari depanmu
Kamulah Cassiopeia
Memancar benderang dekat polaris
Di suatu tempat di belahan bumi
Janji
Terdiam dan berbisik
“Adakah dia akan datang?”
Suaranya angin yang lembut
“Pasti”
“Tak terlalu lama
kan?”
“Baiklah, akan kutunggu
sampai semua janji kau penuhi"
“Adakah dia akan datang?”
Suaranya angin yang lembut
“Pasti”
“Tak terlalu lama
kan?”
“Baiklah, akan kutunggu
sampai semua janji kau penuhi"
Peluk Hangat
senyummu seutas tali yang meretas
pelukmu layaknya senja yang hangat
tempatku selalu pulang
setiap waktu
pelukmu layaknya senja yang hangat
tempatku selalu pulang
setiap waktu
Ah,
Kalau ada yang bisa, kamulah orangnya
Ada sesuatu yang kamu punya dalam diri
Lagi mereka bilang begitu padaku
Ah, seharian ini aku hanya ingin pulang dan bilang
Aku tak pernah bisa tanpamu
Ada sesuatu yang kamu punya dalam diri
Lagi mereka bilang begitu padaku
Ah, seharian ini aku hanya ingin pulang dan bilang
Aku tak pernah bisa tanpamu
Kau Bilang
Manusia tak lebih dari hembusan napas
Mana bisa menjadi tumpuan
Keyakinan adalah kematian
Kalau tak pernah dilakukan
Cinta adalah kesabaran
Membawa sirna semua ketakutan
Harapan adalah sauh yang kuat
Terlabuh pada keping hati kekal
Ku bilang
Aku tak pernah lupa sesuatu
: Cintamu padaku
Mana bisa menjadi tumpuan
Keyakinan adalah kematian
Kalau tak pernah dilakukan
Cinta adalah kesabaran
Membawa sirna semua ketakutan
Harapan adalah sauh yang kuat
Terlabuh pada keping hati kekal
Ku bilang
Aku tak pernah lupa sesuatu
: Cintamu padaku
Kata
Dalam tawa kita bisa melihat
Sebuah hati atau
Segenggam kepalsuan?
Dalam tangis kita bisa merasa
Segores kepedihan atau
Setangkup haru?
Dalam kata kita menjadi tahu
Sebongkah kebohongan atau
Seluas jendela hati
Sebuah hati atau
Segenggam kepalsuan?
Dalam tangis kita bisa merasa
Segores kepedihan atau
Setangkup haru?
Dalam kata kita menjadi tahu
Sebongkah kebohongan atau
Seluas jendela hati
Sebuah Percakapan
Angin
Hujan
Musim
Semuanya terus berganti
Juga percakapan
Lalu apa yang harus kupegang?
Hujan
Musim
Semuanya terus berganti
Juga percakapan
Lalu apa yang harus kupegang?
Kau
Kalau ada ranting yang tak goyah
Itu aku
Kalau ada tangan yang tergapai
Itu aku
Kalau ada kitab yang terbuka
Itu aku
Kalau ada anggur yang tercurah
Itu aku
Kalau ada lentera yang bersinar
Itu aku
Sesungguhnya itu bukan aku
Itu Kau
Itu aku
Kalau ada tangan yang tergapai
Itu aku
Kalau ada kitab yang terbuka
Itu aku
Kalau ada anggur yang tercurah
Itu aku
Kalau ada lentera yang bersinar
Itu aku
Sesungguhnya itu bukan aku
Itu Kau
Pertemuan
Sekali itu aku bertemu dengan kekuatiran
Ia begitu menakutkan dan membuat hariku muram
Lalu aku bertemu kesedihan
Ia memelukku erat sampai aku harus menyeret langkahku
Tanpa kuduga aku bertemu kemarahan
Mencengkramku kuat hingga menyesakkan dada
Tak kubiarkan kekecewaan menghampiriku
Menggoyahkan langkahku apalagi menjatuhkanku
Sesudah semuanya itu, aku bertemu kedamaian
Suaranya begitu lembut terdengar menenangkan
Sekalipun di tengah
gunturdan angin ribut
Dengan tenang aku mendengar suaranya
Begitu damai
-segenggam ketenangan lebih baik daripada dua genggam jerih payah dan kekesalan hati-
Ia begitu menakutkan dan membuat hariku muram
Lalu aku bertemu kesedihan
Ia memelukku erat sampai aku harus menyeret langkahku
Tanpa kuduga aku bertemu kemarahan
Mencengkramku kuat hingga menyesakkan dada
Tak kubiarkan kekecewaan menghampiriku
Menggoyahkan langkahku apalagi menjatuhkanku
Sesudah semuanya itu, aku bertemu kedamaian
Suaranya begitu lembut terdengar menenangkan
Sekalipun di tengah
gunturdan angin ribut
Dengan tenang aku mendengar suaranya
Begitu damai
-segenggam ketenangan lebih baik daripada dua genggam jerih payah dan kekesalan hati-
Kapan
Pada temaram yang dingin?
Pada pagi yang sesak?
Pada isak yang tak lagi basah?
Pada setapak yang tak lagi tak berujung?
Pada pagi yang sesak?
Pada isak yang tak lagi basah?
Pada setapak yang tak lagi tak berujung?
Disini
: Jeremiah 17.7
Kurengkuh harapanku dalam pesona matamu
Merajut pandangmu di relung hatiku
Duniaku selalu terkait di sudut hatimu
Tangan ini selalu tergapai meraihmu
Tak kan sia-sia aku berdiri
Memahat hidup bersamamu
Kurengkuh harapanku dalam pesona matamu
Merajut pandangmu di relung hatiku
Duniaku selalu terkait di sudut hatimu
Tangan ini selalu tergapai meraihmu
Tak kan sia-sia aku berdiri
Memahat hidup bersamamu
Setangkai Doa
Kurangkai dukaku dalam kata
Sepertinya itu tak berarti bagimu
Kesediaan tak pernah berubah menjadi makna
Aku memandangi matamu
Mencoba menerobos masuk dalam duniamu
Tak sanggup aku menarikmu keluar
Tak ada yang tak bisa jika kau mau
Walau tak pernah semudah mengangkat tangan
Jangan menangisi harimu
Karena hidup selalu lebih bermakna dari sekedar sesal
Sepertinya itu tak berarti bagimu
Kesediaan tak pernah berubah menjadi makna
Aku memandangi matamu
Mencoba menerobos masuk dalam duniamu
Tak sanggup aku menarikmu keluar
Tak ada yang tak bisa jika kau mau
Walau tak pernah semudah mengangkat tangan
Jangan menangisi harimu
Karena hidup selalu lebih bermakna dari sekedar sesal
Sunyi
Pernah aku menunggumu
Menggendong sekantung luka dipangkuan
Berkali-kali aku menunggumu
Tanganku terbebas tak lagi kugenggam kantung itu
Lagi-lagi aku menunggumu
Merenungi sunyimu dalam deraian kepedihan
Ingin tenggelamkan tangisku dalam dekapmu
Tak peduli angin membawa kita tersesat
Jalan setapak pasti akan menyapa kita
Aku masih menunggumu
Ingin ku bawa secangkir teh hangat, menemani kita
Menggendong sekantung luka dipangkuan
Berkali-kali aku menunggumu
Tanganku terbebas tak lagi kugenggam kantung itu
Lagi-lagi aku menunggumu
Merenungi sunyimu dalam deraian kepedihan
Ingin tenggelamkan tangisku dalam dekapmu
Tak peduli angin membawa kita tersesat
Jalan setapak pasti akan menyapa kita
Aku masih menunggumu
Ingin ku bawa secangkir teh hangat, menemani kita
Kepala Sakit
Tanganku terluka, berdarah
Terasa sakit sekali
Lalu tanganku tak lagi berdarah
Saat tersentuh,
kenapa tetap sakit?
Ternyata sakitku bukan lagi
Tanganku, ternyata kepalaku
Kepalaku masih berpikir sakit
makanya tanganku sakit
Buang saja kepalamu…
Bukan!
Buang saja pikiran sakit dikepalamu
Kamu pasti sembuh
Terasa sakit sekali
Lalu tanganku tak lagi berdarah
Saat tersentuh,
kenapa tetap sakit?
Ternyata sakitku bukan lagi
Tanganku, ternyata kepalaku
Kepalaku masih berpikir sakit
makanya tanganku sakit
Buang saja kepalamu…
Bukan!
Buang saja pikiran sakit dikepalamu
Kamu pasti sembuh
Aneh
Aneh, kita semua mempertahankan kesalahan
lebih berani daripada membela kebenaran
-Kahlil Gibran-
Permenungan
Dirimu egois, tak berikan
kesempatan kesukaan:
menghiburmu. Ingat,
kau tak bisa melarangku untuk
berdoa: kasih yang sempurna.
Kau muram semalam suntuk.
Malah kadang terdengar juga
jeritan-jeritan, apalagi
tangisan yang suka merasa
sok penting dan selalu ikut
ambil bagian. Aku terpana.
Akhirnya aku menantikan
dirimu dalam sebuah senyuman
manis. Mungkin di hari natal,
bahkan valentine yang hangat.
Padahal cinta hanya berkisar
antara ada dan tiada. Namun
memang tak pernah kau temukan
pengertian atas sebuah tulisan.
Dan Tuhan gelisah saja di saban
waktu. Dirimu egois, tak berikan
kesempatan kesukaan: menghiburmu.
Ingat, kau itu begitu tersayang.
Sehingga kami mulai berdebat:
Siapa yang berani menemanimu?
-Steven menulis-
kesempatan kesukaan:
menghiburmu. Ingat,
kau tak bisa melarangku untuk
berdoa: kasih yang sempurna.
Kau muram semalam suntuk.
Malah kadang terdengar juga
jeritan-jeritan, apalagi
tangisan yang suka merasa
sok penting dan selalu ikut
ambil bagian. Aku terpana.
Akhirnya aku menantikan
dirimu dalam sebuah senyuman
manis. Mungkin di hari natal,
bahkan valentine yang hangat.
Padahal cinta hanya berkisar
antara ada dan tiada. Namun
memang tak pernah kau temukan
pengertian atas sebuah tulisan.
Dan Tuhan gelisah saja di saban
waktu. Dirimu egois, tak berikan
kesempatan kesukaan: menghiburmu.
Ingat, kau itu begitu tersayang.
Sehingga kami mulai berdebat:
Siapa yang berani menemanimu?
-Steven menulis-
Berlari
menetapkan hati, membawa kaki
berjejak melangkah
hati, kubawa berlari
melintasi ruang hanya bersamamu
Sampai kau berkata
'jangan berlari sendiri'
8 desember 2007
berjejak melangkah
hati, kubawa berlari
melintasi ruang hanya bersamamu
Sampai kau berkata
'jangan berlari sendiri'
8 desember 2007
Subscribe to:
Posts (Atom)